Mentimun biasa dikenal dengan timun (Jawa), bonteng (Sunda), ataucucumber (Inggris), termasuk dalam famili Cucurbitaceae. Kegunaan mentimun antara lain untuk mentimun segar dan untuk bahan dasar acar.
Tanaman mentimun bisa dibudidayakan pada ketinggian 200-800 m dpl, dengan ketinggian optimal 400 m dpl. Tekstur tanah yang cocok adalah yang berkadar liat rendah dengan pH 6-7. Budidaya mentimun dilakukan antara lain dengan perkecambahan benih, persemaian, pengolahan lahan, penanaman bibit, serta pemupukan.
Selain itu, pemeliharaan menjadi kunci penting dalam pembudidayaan salah satunya pemasangan mulsa yang sebaiknya dilakukan setelah bibit mentimun dipindahkan ke lapangan. Mulsa dapat berupa jerami padi atau mulsa plastik hitam perak.
Pengairan juga sangat diperlukan terutama bila tanaman mentimun ditanam saat musim kemarau. Penyiraman dilakukan secukupnya dan sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Penyiangan gulma dilakukan karena gulma dapat menjadi inang pengganti OPT, selain itu akan menimbulkan persaingan dalam mendapatkan hara bagi tanaman mentimun. Sanitasi dilakukan dengan menghilangkan bagian tanaman atau tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.
Pengendalian Organisme Penggganggu Tumbuhan (OPT) tak kalah penting. Beberapa OPT penting pada mentimun antara lain kumbang mentimun dan kumbang totol hitam. Pengendalian OPT yang dapat dilakukan seperti mengambil dan memusnahkan telur, larva, imago hama, juga bagian tanaman maupun tanaman sakit yang dapat menjadi sumber inokulum penyakit. Selain itu pengendalian kimiawi secara selektif menggunakan pestisida yang tepat, juga dengan penggunaan varietas tahan.
Mentimun mudah mengalami kehilangan kandungan air setelah panen sehingga buah menjadi keriput dan tidak tahan lama. Oleh karena itu sebaiknya setelah panen, mentimun disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dari sinar matahari secara langsung. Apabila hendak dikemas sebaiknya kemasan diberi lubang agar sirkulasi udara lancar, dan ditempatkan di tempat sejuk.
No comments:
Post a Comment